Wednesday, July 10, 2013

Djarum Indonesia Open 2013: more than just a tourney

Kecintaan -atau mungkin kegilaan- saya pada badminton dimulai pada waktu yang saya sendiri ga inget :p Jaman dulu lah pokoknya, ketika tayangan badminton masih ramai di tv swasta (ga perlu pakai tv langganan). Dan entah sejak kapan saya punya mimpi -waktu itu bilangnya mimpi soalnya kayaknya akan susah dilakukan- untuk nonton langsung ke stadion, melihat atlet idola bertanding di depan mata. And now, it's not a dream anymore.....

Bermula pada tahun 2010, saya baru lulus SMA ketika itu. Pada suatu hari di bulan Juni 2010 (udah lupa tanggal berapa), saya dan seorang teman memberanikan diri naik kereta ke Jakarta, Istora Senayan hanya untuk nyicipin nonton langsung pertandingan badminton. Ya, dari Djarum Indonesia Open 2010 (waktu itu level turnamennya masih Super Series) lah awal mula semua kegilaan ini: tahun depan dan depannya lagi harus nonton langsung Indonesia Open di Istora Senayan!

Sejak tahun 2011, Indonesia Open naik level dari Super Series ke Super Series Premier. Singkat cerita, dengan naiknya level suatu turnamen, pecinta badminton punya jaminan: para pemain terbaik dunia akan datang dan tentunya kita bisa lihat pertandingan-pertandingan kelas dunia. Karena alasan itu lah -ya kalaupun levelnya masih Super Series akan tetap datang juga sih- saya nonton langsung. Tahun 2011 nonton setiap hari, tapi setelah pulang kuliah. Begitu juga tahun 2012 karena saya masih kuliah. 2013? Setiap hari, dari awal sampai akhir. :D

Djarum Indonesia Open (DIO) 2013 boleh saja berakhir sejak satu bulan yang lalu. Tapi entahlah, kadang kalau lihat orang main badminton, bawaannya inget DIO terus :)) Bagi atlet, bertanding dari satu turnamen ke turnamen lain adalah sebuah rutinitas. Juara adalah prestasi, jika gagal ya cambukan agar lebih baik lagi di turnamen selanjutnya. Just that. Tapi untuk penonton? Not that simple. Kita -saya sih sebenernya- harus nunggu setahun lagi untuk merasakan euforia Istora Senayan yang luar biasa, yang ga pernah sepi dari hingar-bingar teriakan suporter, yang selalu dihiasi tepukan senada dari airbang/balon tepuk beriringan dengan teriakan "In-do-ne-sia", juga segala macam bunyi-bunyian seperti terompet atau drum yang melecutkan semangat tanding para pemain kita. Pertandingan bisa sama aja, layaknya nonton di tv. Tapi euforia? Cuma didapat di stadion. Berlebihan? Coba sekali-sekali rasakan sendiri yah :') Saya ga tanggung jawab kalau ketagihan :p

Pintu masuk Istora Senayan, Juni 2013

Uji coba lapangan tim China, Minggu 9 Juni 2013

Tunggal putri China melakukan uji coba lapangan, Senin 9 Juni 2013

Kalau ditotal, saya 8 hari bolak-balik Bintaro-Senayan. Mulai dari uji coba lapangan di hari Minggu, 9 Juni. Senin, 10 Juni ke sana untuk lihat-lihat venue, survey area tiket dll sambil nunggu teman dari Medan. Baru mulai Selasa, 11 Juni sampai Minggu, 16 Juni praktis di kosan cuma numpang tidur, mandi, dan sarapan. Sisanya di Istora seharian. Nyesel? Yekali~~ Mau lagi malah :p

Hari Selasa sampai Jumat ambil tempat duduk VIP. Jarak pandang ke lapangan lumayan dekat. Niatnya mau teriak "jiayou" untuk nyemangatin Wang Yihan biar juara. Yah apa mau dikata, baru babak pertama udah kalah doi :( Sedih juga sih... Tahun 2011 juara, 2012 semifinal, 2013 giliran bisa nonton full malah kalah di babak awal banget T__T Tapi yaudah, nontonnya dilanjutin. Dukung jagoan-jagoan tersisa dan tim Indonesia pastinya hehe :D

Banyak kejadian-kejadian lucu selama nonton. Ada aja tingkah penonton tuh :p
Pernah lagi duduk tepat di belakang pemain Korea. Saya sih serius nonton match di lapangan, tapi ada adek cewek di sebelah terus-terusan manggil-manggil Shin Baek Cheol. "Oppa....oppa...nengok doooong!" Si atlet bergeming, malah ngobrol sama Ko Sung Hyun. Adek cewek itu terus-terusan manggil "Oppa....ih nengok oppa sombong amat sih" LOL =)) Yah dek, mungkin doi lagi bahas match nanti, atau lagi ngobrolin apa mungkin.. Adek itu kesel, pundung dia. Terus cabut dari situ, keluar. Duh lah :))
Ada juga pas Bao Yixin lewat. Anak-anak cowok di belakang saya manggil-manggil "Bao Yixiiiiiin!" Yixin nengok, terus dadah-dadah. Eh anak-anak cowok itu klepek-klepek :p "hanjir hanjir Yixin men Yixiiiiin.. cakep banget itu masya Allah....." =)) =))
Atau tingkah fans Lee Yong Dae. Konon saya lagi fokus nonton match di court 1, tepat di depan saya. Karena match itu mempertandingkan pemain INA. Tiba-tiba ada teriakan "kyaaaaa" dari penonton cewek. Saya sama temen-temen bingung ini ada apa wong reli nya biasa aja dan ga ada yang cedera juga. Pas lihat ke court sebelah, Lee Yong Dae lagi buka baju -___- Anehnya, keesokan Ko Sung Hyun (partner Yong Dae) buka baju juga tapi ga diteriakin :/

Ya tadi itu bumbu aja sih... Tetep yang berkesan banget itu match-match berkualitasnya. Adegan lempar raket, lempar kaos dari atlet buat penonton, dan yang pasti euforianya. Ketika ada pemain Indonesia masuk ke lapangan, dengan komando satu orang untuk teriak "In-do-ne-sia" *prok prok prok prok prok* pakai balon tepuk, sontak hampir satu stadion bergemuruh.

Nonton pertandingan aja ga cukup. Kalau memang sempat -dan bisa- diusahakan ketemu atlet idola juga doong :D Sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Kali ini juga saya, ditemenin sama yang jago mandarin, nyamperin Wang Yihan. Ada yang lucu di sini :p Jadi ceritanya habis kasih bingkisan untuk Yihan, kita siap mau foto bareng. Yihan sempet diem dulu bentar, terus bilang: "Kayaknya sering lihat kalian deh. Tiap tahun nonton ya?" =)) Ternyata doi nandain fansnya juga rupanya :p Temen yang jago mandarin langsung nimpalin, "Iya lah, kan mereka fans situ :)" Yihan cuma manggut-manggut :D Sempet juga ketemu Bao Yixin, untuk ngasih bingkisan juga... Lucu gitu dia lah, baik banget heheu...

Di luar cerita yang saya alami, Indonesia Open tahun ini juga sangat berarti untuk Taufik Hidayat dan juga fansnya. Pada hari Minggu, 16 Juni 2013, Taufik menyampaikan pidato perpisahannya di depan seluruh penonton di stadion dan disiarkan di tv. Terhitung sejak hari itu, Taufik menyatakan pensiun dari dunia bulutangkis. Taufik ikut dalam turnamen ini, tapi kalah di babak pertama dari pemain India. Sangat disayangkan memang... Di partai puncak, Lee Chong Wei sempat mengenakan kaos bertuliskan "We Love Taufik" yang dicetak khusus untuk farewell Taufik saat naik ke podium. Keluarga Taufik, atlet lain seperti Lee Yong Dae, Zhang Nan, dan tentunya fans, juga mengenakan kaos yang sama. Terima kasih, Aa :')


"Winning is an attitude and keeping it is my commitment." -Taufik Hidayat


Ini tahun terakhir Indonesia Open disponsori oleh Djarum. Jadi mulai tahun depan namanya bukan DIO lagi :( Yah semoga walau beda sponsor, rasanya tetep sama yah :")